SEARCH..

form action="http://nama-blogmu.blogspot.com/search" method="get">

Kamis, 11 September 2014

Ahok… Gerindra… End RAJUT


11 SEPTEMBER 2014
16.27

Jakarta - Dari kursi Wakil Gubernurnya, Ahok pernah bercita-cita ingin menjadipresiden lewat Partai Gerindra. Cita-cita itu diucapkannya ketika capres usungan partainya, Prabowo Subianto dikalahkan Jokowi pada Pilpres 2014 lalu.
Dia pun membesarkan hati orang-orang di partai berlambang garuda yang kecewa itu untuk menunggu dirinya maju sebagai capres pada pilpres mendatang. Sementara kekalahan saat ini cukuplah dibayar dengan majunya pria bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu sebagai Gubernur DKI Jakarta pengganti Jokowi.
"Gerindra harusnya bangga dong punya Gubernur DKI. Nanti presidennya (dari) Gerindra. Tunggu gua," ujar Ahok sambil terkekeh 22 Agustus 2014 lalu.
Loe, gue end…
Seperti kata para remaja yang baru putus cinta, begitulah kisah Ahok dan partainya, Gerindra berakhir. Perjuangan manis yang pernah direngguk sang politisi bersama partainya saat Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 lalu berakhir di tengah jalan. Ketika prinsip sudah tak lagi seirama.
"Gerindra sudah nyata-nyata seperti itu kok. Bagi saya sudah selesai, " ucap Ahok di Balaikota, Jakarta, Rabu (10/9/2014).
Bukan tanpa alasan mantan Bupati Belitung Timur itu sampai mengambil keputusan kontroversial ini. Bagi dia, Gerindra tak seperti dulu lagi. Ketika Ketua Dewan Pembina Prabowo Subianto datang meminang dirinya yang kala itu masih menjadi politisi Partai Golkar.
Ahok merasa kecewa dengan partainya yang mendukung usulan kepala daerah dipilih DPRD dalam RUU Pilkada. Menurut dia, sikap itu berbeda jauh dari visi misi Gerindra ketika partai tersebut menariknya dari Partai Golkar.
"Kenapa waktu menarik saya keluar dari Golkar mengatakan kita perjuangkan pilihan rakyat? " tanya Ahok Selasa 9 Juli 2014 lalu.
Kini pria kelahiran 29 Juni 1966 lalu itu siap memimpin Ibukota tanpa payung politik dari partai manapun.
"Kalau saya jadi gubernur tanpa parpol, ini pelajaran politik terakhir di Indonesia sebelum seluruh kepala daerah diambil alih jadi budak DPRD," tutur dia.
Budak DPRD
Mengapa Ahok begitu kecewa dengan Gerindra?
RUU Pilkada bukanlah masalah sepele buat Ahok. Karena dalam RUU itu diusulkan soal mekanisme pemilihan kepala daerah yang nantinya dipilih oleh DPRD, bukan oleh rakyat seperti yang selama ini berlangsung.
Dan jika itu terjadi, pria berkacamata itu yakin, kepala daerah hanya akan menjadi sapi perah dan budak DPRD.
Ada tiga opsi mekanisme pemilihan kepala daerah yang dibahas dalam Panja RUU Pilkada di DPR. Pertama, pasangan gubernur, walikota, dan bupati dipilih langsung seperti sekarang. Kedua pasangan gubernur, walikota, dan bupati dipilih DPRD. Ketiga, gubernur dipilih langsung tetapi bupati dan walikota dipilih DPRD.
"Akan ada kongkalikong 'bermain'. (Seperti) sapi perah. Dia (kepala daerah) nggak pernah lagi ngurusin rakyat, cuma ngurusin DPRD, " ucap Ahok 8 September 2014.
"Yang ngusulin itu mah bukan negarawan. Pengecut. Pikiran pengecut," imbuh dia.
Ahok mengatakan, jika perubahan mekanisme itu benar dilakukan, berarti membuktikan bahwa Indonesia lupa tujuan reformasi yang diperjuangkan. Semangat reformasi, menurut dia, adalah pemilihan langsung oleh rakyat, karena pada 1998 ketika reformasi digulirkan, kepala daerah dianggap tak pernah mengurusi rakyat.
Usulan pemilihan kepala daerah melalui DPRD saat ini sedang dibahas oleh Panja Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada) dengan Kementerian Dalam Negeri di DPR. Namun masih menjadi pro kontra kerena fraksi yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih sepakat pemilihan kepala daerah melalui DPRD.
Sedangkan, Fraksi PDIP, Hanura, dan PKB tetap menginginkan kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat.
"Saya orang yang paling bisa kendalikan diri. Waras. Lihat aja wajah saya, sadarkan? Saya nggak bisa jadi budak DPRD, " tutur Ahok.
Sementara Partai Gerindra berpendapat lain. Anggota Dewan Penasihat DPP Partai Gerindra Martin Hutabarat mengatakan, mekanisme pilkada tak langsung ini sesuai dengan semangat antikorupsi.
Perpisahan
Surat pengunduran Ahok pun ditulis dan dikirimkan Rabu pagi itu ke DPP Partai Gerindra. Kepergiannya kemudian dilepas dengan sukarela oleh para petinggi di partai tersebut. Salah satunya Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Prabowo mengaku, sudah 1 tahun tak bertemu Ahok. Namun dia tak kecewa dengan kabar mundurnya Ahok. Menurut dia, pilihan itu merupakan hak Ahok sebagai warga negara.
Prabowo juga membantah anggapan bahwa partainya selama ini mengabaikan posisi Ahok, baik sebagai wakil gubernur maupun politisi Gerindra.
"Masuk dan mundur itu hak warga negara. Kok bisa Gerindra abaikan Ahok? Kok bisa abaikan? Gerindra yang mencalonkan Ahok (sebagai wagub DKI), " kata Prabowo di kediaman politisi Partai Golkar Akbar Tandjung, Kebayoran Baru, Jaksel.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, pengunduran diri Ahok yang terkesan mendadak ini tidak berdampak apa pun bagi partainya.
Hal itu pula yang meluncur dari mulut anggota Komisi III DPR Fraksi Partai Gerindra Desmon Junaidi Mahesa. "Ahok mau keluar ya biasa saja, tidak ada kerugian," kata Desmon.
Sementara Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta Mohammad Taufik menilai, Ahok tak tahu terima kasih. Karena itu, Taufik menilai, pria berkacamata itu harus mundur dari jabatannya sebagai Wagub DKI Jakarta.
"Kalau mau konsisten, setelah mundur dari partai, mundur juga dari jabatan gubernur," cetus anggota DPRD DKI itu.
Namun Ahok berpendapat lain. "Logika itu nggak kena. Karena yang milih saya bukan DPRD, Bos. Kalau saya berhenti dengan partai Gerindra, saya tetap jadi wagub," ujar Ahok mantap.
Dia menilai, kontribusi Partai Gerindra untuk memenangkan dirinya dan Jokowi pada Pilkada DKI 2012, hanya 6%.
Ahok tak sendirian, banyak pihak yang mendukung langkahnya. Kini dia pun diminta untuk fokus saja mengurus Ibukota.
"Ahok adalah brand Gerindra terbaik. Kehilangan Ahok membuat Gerinda tidak akan pernah rebound menjadi partai besar #ParpolTerpuruk," kicau akun Twitter @hannysetiawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar